KOMEN – Apakah saya resign aja dari kantor? HELLLAAAW, Ingat perjuangan buat dapat pekerjaan, cantik! Sebelum saya ‘dirumahkan’ eh maksud saya di PHK, hampir setiap hari saya bertengkar. Bertengkar dengan diri saya sendiri.
Oke saya blak blakan aja disini, kalau saya tidak dicintai oleh lingkungan kerja.
Bayangkan, bung! Bagaikan cinta bertepuk sebelah tangan. Kamu berjuang mati-matian, mengorbankan segala kebahagiaan dan sangat mencintai pekerjaan setulus hati tapi justru diri inilah yang di harapkan untuk tidak ada di perusahaan.
Sakiiit bukan main!!!
Oke. Bak gayung tersambut. Lebih dari setengah kariyawan di PHK pasca pandemi korona, saya justru merasa sangat sangat bahagia. Padahal, harusnya ini adalah moment paling menyedihkan.
Dan saya justru lebih happy, ketika, orangtua, kaka saya, teman, gebetan, bertanya, “Kamu nganggur sekarang?”
Yups! Hayati bebas!!!
Waktu SMA, dulu. Saya pernah pindah jurusan, dari IPS ke Pendidikan Agama. Alasannya? Lingkungan.
Saya jauh lebih suka berada di kelas PAI daripada kelas IPS yang saat itu saya merasa tak diterima oleh lingkungan. Saya engga pintar bergaul dan sangat sangat introvert.
Di kelas PAI, kenyataannya, saya lebih suka bawa-bawa buku sejarah ke kelas. Dan jujur, saat itu, saya sekolah hanyalah formalitas dan jurusan hanya tempat pelarian!
Selepas lulus sekolah, saya mendaftar kuliah di 3 kampus keren. Mengikuti beberapa seleksi hingga akhirnya—untuk pertama kali— lulus daftar kampus swasta. Sebagai bentuk PELARIAN juga.
Alih alih kuliah hanya sebagai bentuk pelarian. Saya tak pernah bercita-cita untuk bekerja. Passion saya adalah menjadi penulis. Dan alhamdulilah tercapai (ciyeee!).
Saya merasa lebih dicintai oleh lingkungan ketika saya menulis. Yang lebih menyenangkan, tulisan saya dibaca orang banyak. dan—tentu saja—Royalti HAHAHA.
Apakah penulis merupakan satu-satunya pekerjaan yang saya dambakan?
Tidak juga.
“Menulis dan membuat buku” tidak sesederhana itu. Sebagai penulis abal-abal dan belum terkenal ini, saya harus jatuh bangun setengah mati hanya untuk menerbitkan satu buah buku. Karya pertama saya di tahun 2017.
Tak perlu dibeberkan lah ya duka sedihnya.
Menjadi penulis pokonya nggak indah-indah amat. Saya pernah mengirimkan 3 buah buku kepada seseorang yang sangat saya percaya. Namun, sampai saat ini dia tak mau mengembalikan uang yang saya tanggung ke penerbit.
Tapi benar, ketika saya Bandingkan, kepedihan di dunia menulis tak membuat psikis seperti yang saya dapat di dunia kerja.
Singkatnya, Saudara-saudara, Teman-teman seperjuangan yang saya banggakan. Bekerja sesuai passion ataupun kerja sesuai passion. Secinta apapun kita dengan pekerjaan kita kalau lingkungan sudah tidak mendukung.
Ada baiknya, dipertimbangkan.
Baca juga Artikel menarik dan tulisan dari Neng Khusnul lainnya
Komentar