Tidak Ditemukan
View All Result
CHANNEL
  • UTECH
    • Semua
    • Apps
    • Camera
    • Design
    • Gadget
    • Gaming
    • Startup
    Snapdragon

    Sederet Kecanggihan Qualcomm Snapdragon 888

    Mau Migrasi ke Linux? Begini Cara Jalankan Aplikasi Windows di Linux

    Mau Migrasi ke Linux? Begini Cara Jalankan Aplikasi Windows di Linux

    GoPro

    Spesifikasi dan Harga GoPro Hero 9 Black, Hadirkan Video 5K

    Designer

    UI Designer, UX Designer, dan Product Designer apa Bedanya?

    WhatsApp

    Permudah Proses Belanja, WhatsApp Luncurkan Fitur Keranjang

    Product Designer

    Mengenal Peran Product Designer di Era Digital

    Indodana

    Gaet Indodana, Blibli dan Tokopedia Tambah Fitur PayLater

    Apple Airpods max

    AirPods Max, Headphone Terbaru Apple Seharga Rp10,7 Juta

    Redmi Note 9 Pro 5G

    Redmi Note 9 Pro 5G Sudah Dijual di Indonesia

  • LIFE HACK
  • TECH TRICK
  • SMART WORK
  • INFOGRAPHIC
  • KILAS
  • UTECH
    • Semua
    • Apps
    • Camera
    • Design
    • Gadget
    • Gaming
    • Startup
    Snapdragon

    Sederet Kecanggihan Qualcomm Snapdragon 888

    Mau Migrasi ke Linux? Begini Cara Jalankan Aplikasi Windows di Linux

    Mau Migrasi ke Linux? Begini Cara Jalankan Aplikasi Windows di Linux

    GoPro

    Spesifikasi dan Harga GoPro Hero 9 Black, Hadirkan Video 5K

    Designer

    UI Designer, UX Designer, dan Product Designer apa Bedanya?

    WhatsApp

    Permudah Proses Belanja, WhatsApp Luncurkan Fitur Keranjang

    Product Designer

    Mengenal Peran Product Designer di Era Digital

    Indodana

    Gaet Indodana, Blibli dan Tokopedia Tambah Fitur PayLater

    Apple Airpods max

    AirPods Max, Headphone Terbaru Apple Seharga Rp10,7 Juta

    Redmi Note 9 Pro 5G

    Redmi Note 9 Pro 5G Sudah Dijual di Indonesia

  • LIFE HACK
  • TECH TRICK
  • SMART WORK
  • INFOGRAPHIC
  • KILAS
Tidak Ditemukan
View All Result
Home Opini

Gangguan Ekologis Demi Ekonomi dan Fenomena Covid-19

Antroponisis adalah penyakit menular dari manusia ke manusia lain secara langsung, salah satunya adalah HIV/AIDS.

Oleh Jalu Kancana
17 April 2020
Ekologis

Gangguan Ekologis Demi Ekonomi dan Fenomena Covid-19 (Bicarajabar.com/Fahri)

20 tahun lalu—tepatnya pada tanggal 18 September 2000—sebuah jurnal ilmiah dari Universitas John Hopkins jurusan Hygiene and Public Health (Kebersihan dan Kesehatan Masyarakat), atas nama; Jonathan A. Patz, Thaddeus K. Graczyk, Nina Geller, dan Amy Y. Vittor, diterima oleh perusahaan bernama Elsevier, yang fokus pada penerbitan dan analitik konten ilmiah, teknis, serta medis.

Jurnal yang diterbitkan dengan judul; Effects of environmental change on emerging parisitc disease (Pengaruh perubahan lingkungan pada penyakit parasit), menjelaskan bahwa gangguan ekologis dapat memengaruhi munculnya penyakit-penyakit menular, dalam hal ini; antroponisis dan zoonosis.

Berhubung jurnal tersebut banyak menggunakan istilah-istilah yang cukup rumit, mari kita sederhanakan saja.

Apa itu Gangguan Ekologis?

Menurut KBBI, ekologi artinya ‘ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan (kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya)’. Itu artinya, gangguan ekologis erat hubungannya dengan kerusakan-kerusakan lingkungan, seperti berkurangnya hutan (deforestasi) akibat penebangan pohon yang tak terkendali, terganggunya Cagar Alam dan Suaka Margasatwa oleh kehadiran manusia yang hendak berwisata di sana, pergantian lahan hutan yang dijadikan pemukiman, pengembangan komersial, pembangunan jalan, dan lain sebagainya,

Baik legal maupun ilegal, gangguan ekologis akan selalu terjadi. Contohnya adalah perubahan lahan yang sekarang ini menjadi pemukiman rumah kita. Itu merupakan perubahan lahan yang legal, karena sesuai dengan hukum yang dilindungi negara.

Sedangkan jika kita memasuki Cagar Alam dan Suaka Margasatwa (baik untuk berwisata seperti kemping atau kegiatan outbond atau pendidikan), itu merupakan tindakan di luar hukum (ilegal), karena kita telah melanggar UU No. 5 Tahun 1990.

Sayangnya, gangguan ekologis dalam hal perlindungan Cagar Alam dan Suaka Margasatwa ini cenderung dibiarkan oleh instansi pemerintah yang bertugas melindunginya, yakni BBKSDA (Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam). Buktinya, pendakian ke Gunung Guntur, Garut di Cagar Alam Kamojang Timur masih saja dibiarkan, begitu pula pertambangan pasir yang sudah lama beroperasi di sana.

Terjadinya gangguan ekologis nyatanya tidak dipengaruhi oleh tindakan yang legal ataupun ilegal, sehingga untuk meminimalisir terjadinya gangguan ekologis, kita memang harus menyeimbangkan antara kebutuhan ekonomis dengan kebutuhan ekologis, seperti yang pernah dilakukan oleh seorang ekonom terkemuka Indonesia mantan menteri lingkungan hidup; Emil Salim, terkait ‘pembangunan yang tidak merusak’.

Apa itu Antroponisis dan Zoonosis?

Antroponisis adalah penyakit menular dari manusia ke manusia lain secara langsung, salah satunya adalah HIV/AIDS. Akan tetapi, ada beberapa penyakit menular yang tidak langsung dan membutuhkan vektor (hewan yang menjadi perantara menularnya penyakit), seperti demam berdarah dan malaria.

BACA JUGA:  Percaya Diri, Sunda Empire Mengajarkan Kita untuk Itu

Sedangkan penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, disebut sebagai Zoonosis. Selengkapnya, Zoonosis adalah penyakit pada hewan yang dapat ditularkan kepada manusia secara langsung atau melalui serangga. Zoonosis juga memiliki penyebaran yang membutuhkan perantara, sehingga penyakit zoonosis ini juga menular pada sesama binatang.

Perlu diketahui juga; sebuah penelitian pada tahun 2005 yang dilakukan oleh Woolhouse M.E.J. dan Gowtage-Sequeria S. dari Universitas Edinburgh, Inggris, menunjukan bahwa spesies parasit yang mampu menimbulkan penyakit pada inangnya (dalam hal ini manusia), 58% di antaranya merupakan zoonosis.

Hubungan Gangguan Ekologis terhadap Penyakit Zoonosis

Kembali ke jurnal ilmiah dari Universitas John Hopkins di atas, mereka menulis penutup abstraksinya sebagai berikut; “the combined effects of environmentally detrimental changes ini local landuse and alterations in global climate disrupt the natural ecosystem and can increase the risk of parasitic disease to the human population.” (efek gabungan dari perubahan yang merusak lingkungan pada penggunaan lahan lokal dan perubahan iklim global, mengganggu ekosistem alami dan dapat meningkatkan risiko penularan penyakit parasit pada populasi manusia).

Intinya, penyakit menular kelak akan meningkat akibat perubahan lingkungan, dan itu tidak terelakan lagi. Sedangkan data penelitian yang diterbitkan oleh EcoHealth Alliance tahun lalu (2019), tentang dampak munculnya penyakit menular yang berasal dari hewan (zoonosis) sejak tahun 1940, menunjukan bahwa tiga jumlah terbesar diakibatkan oleh ‘Perubahaan penggunaan lahan’ (31%), ‘Perubahan lahan untuk pertanian’ (15%), serta ‘Perjalanan dan perdagangan internasional’ (13%).

Tiga hal tersebut tentunya memiliki dampak ekonomi yang teramat penting bagi sebuah negara. Akan tetapi, tidak terkendalinya perkembangan ekonomi justru menimbulkan penyakit menular, salah satunya covid-19 yang belakangan santer meneror seluruh negeri di dunia.

Covid-19 dan Kuliner Ekstrem Berlandaskan Kebutuhan Ekonomi

Hampir semua media memberitakan bahwa dugaan awal mula kasus covid-19 ini berasal dari kuliner ekstrem di Wuhan, Cina. Daging kelelawar yang dijual di pasar Huanan—yang tentunya diperbolehkan oleh pemerintah di sana (legal)—menjadi alasan pandemi yang tengah terjadi. Benarkah demikian?

BACA JUGA:  Jepang Gratiskan Vaksin Covid-19 untuk Seluruh Warganya

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dari Amerika pernah melakukan penelitian terkait hubungan Coronavirus dengan kelelawar. Pada tahun 2008, mereka pernah meneliti lima puluh dua kelelawar di Filipina. Hasilnya menunjukan bahwa sebesar 55,8% kelelawar lazim menjadi inang atas virus corona. Tak hanya itu, mereka juga mengutip hasil penelitian yang menunjukan bahwa; kasus pertama Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)—atau infeksi saluran pernapasan—pada manusia yang disebabkan oleh virus corona, ada hubungannya dengan kuliner musang kelapa Himalaya dan anjing rakun di pasar hewan liar di Cina selatan. Kasus tersebut pertama kali terjadi pada tahun 2002 di Guangdong, Cina, yang kemudian menyebar dengan cepat ke negara lain.

Dapat kita cermati, bahwa fenomena-fenomena pandemi tersebut bermula dari gangguan ekologis. Lebih tepatnya, bagaimana perlakuan manusia terhadap hewan liar berlandaskan kebutuhan ekonomi. Tidak menutup kemungkinan pasar-pasar hewan liar yang berada di Indonesia pun kelak bernasib sama: menjadi pintu masuk penyebaran pandemi baru, melalui daging kucing, anjing, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, barangkali kita semua sepatutnya meningkatkan kepedulian kita terhadap lingkungan hidup, guna meminimalisir gangguan ekologis yang memicu penyakit menular zoonosis lainnya—tidak hanya covid-19 saja. Salah satunya dengan cara mendalami secara sadar perihal perundang-undangan yang telah dibuat untuk melindungi lingkungan hidup Indonesia, yakni Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, mengingat lestarinya ruang hidup untuk hewan dan tumbuhan (tanpa intervensi manusia) menjadi salah satu faktor yang mampu menekan penyebaran penyakit menular lainnya.

Selain itu, mengendalikan laju ekonomi (dalam hal ini terkait pada perdagangan di pasar hewan liar, pembangunan jalan, perubahan lahan, dan sebagainya) menjadi hal yang sangat penting dan perlu kita perhatikan, supaya hal-hal tersebut tidak menjadi faktor yang menyebabkan gangguan ekologis, karena faktanya, yang tengah terjadi di tengah masyarakat ini kerap kali mengesampingkan faktor ekologi demi kebutuhan ekonomi.

Untuk itulah mengapa alam raya ini juga bagian dari kita, dan jargon ‘lestari’ nyatanya memiliki arti yang lebih dalam dari sekadar teriakan untuk mencintai alam ini.

Salam lestari!


Baca juga artikel Ulasan lainnya atau tulisan menarik dari Jalu Kancana.

ARTIKEL TERKAIT

scholarship

Surat Kasih Sayang untuk Pemberi Beasiswa Tersayang

4 Oktober 2020
Lutfi Agizal

Teruntuk Mas Lutfi dan KPAI, Kalimat Ini Lebih Bahaya Dari Kata ‘Anjay’, Tolong di Perhatikan

5 September 2020
Pekerjaan

Mencintai Pekerjaan, Namun Tak Dicintai Lingkungan Kerja

29 Juli 2020
(Google Trends) About Covid19 - Unsplash

Google Trend: Coronavirus, Minat Pencarian Informasinya Menurun

6 Juli 2020
Starter Pack Traveling

Starter Pack Traveling di Masa Pandemi? Mungkin Akan Bertambah

2 Juli 2020
Ilsutrasi Logistik - Unsplash/ @elevatebeer

Tidak Seperti Impor, Kabar Logistik Domestik Telur Malah Babak Belur

11 Mei 2020

Komentar

TERPOPULER

Tanaman Mostera

Jenis-Jenis Tanaman Monstera dan Cara Merawatnya

28 September 2020
Management Trainee

10 Perusahaan di Indonesia dengan Gaji Management Trainee Tertinggi

23 Oktober 2020
evolusi marketing

Apa Itu Evolusi Marketing? Marketing dari Masa ke Masa

12 Januari 2021
Cara Mendapatkan Media Partner yang Tepat

Cara Mendapatkan Media Partner yang Tepat

7 Oktober 2019
Alasan bisnis dengan teman mengalami kegagalan berbisnis apa penyababnya

5 Alasan Bisnis dengan Teman Bisa Gagal, Akad itu Penting Lho!

24 Februari 2021
Ciremai Land Glamping, Penginapan Diatas Bukit Kuningan

Ciremai Land Glamping, Penginapan Diatas Bukit Kuningan

24 Februari 2020

Tentang Kami

Kebijakan Privasi

Pedoman Siber

Kontak Kami

© 2020 Pilariu.com. All rights reserved

Tidak Ditemukan
View All Result
  • TERPOPULER
  • EXPLORE

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • HOME
  • INDEKS
  • TRENDING
  • Explore
    Close
Kanal
  • UTECH
  • LIFE HACK
  • TECH TRICK
  • SMART WORK
  • INFOGRAPHIC
  • KILAS
Follow Us