Bagaimana cara membuat laporan keuangan paling sederahana? khususnya untuk para pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Memang bisnis pada skala UMKM ini memiliki banyak variasi, baik dalam bentuk produk ataupun jasa.
Seringkali laporan keuangan menjadi beban bagi para pelakunya, apalagi bagi pelaku usaha skala mikro. Biasanya mereka bekerja sendirian dan minim akan jumlah karyawan. Bahkan dari mulai penjualan hingga merekapitulasi laporan keuangan, pemilik bisnis pada skala Mikro dilakukan sendirian.
Sebelum mengetahui cara membuat laporan keuangan paling sederhana bagi pelaku UMKM. Perlu dipahami bahwa tujuan laporan keuangan ini dapat membantu pemilik usaha untuk mengenali kesehatan bisnisnya. Selain itu, laporan keuangan dapat digunakan dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan.
Laporan Keuangan Untuk Bisnis Produk
Baik pelaku bisnis produk yang diolah maupun hanya sekedar menjual produk (distributor), membuat laporan keuangan tetap penting dilakukan.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pembuatan laporan keuangan paling sederhana bagi pelaku UMKM.
- Mengetahui darimana hasil penjualan utama;
- Memahami segala biaya yang dikeluarkan untuk operasional;
- Memahmi biaya yang dikeluarkan untuk jangka panjang;
- Memahami jumlah modal yang dimiliki dapat berubah seiring bisnis berjalan.
Laporan keuangan ini bisa digunakan untuk memproyeksikan rencana bisnis dalam aspek keuangan, bisa juga digunakan langsung ketika bisnis sudah berjalan. Simulasi yang dilakukan jika belum mengetahui hasil penjualan, bisa fokus pada seluruh biaya yang dikeluarkan (Biaya Berubah atau Biaya Tetap) untuk menentukan harga produk.
Contoh cara membuat laporan keuangan paling sederhana yang fokus pada laporan Laba Rugi, dengan menyisipkan hal-hal tersebut.
- Hasil Penjualan (Omzet) = Rp. 1.000.000
- Biaya Operasional, meliputi:
- Pembelian Bahan Baku = Rp. 400.000
- Penggunaan Bahan Pelengkap = Rp. 100.000
- Upah Tenaga (10% dari Biaya Bahan Baku) = Rp. 40.000
- Biaya Pengolahan (Listrik, Dapur, dsb) = Rp. 30.000
- Biaya Promosi & Penjualan = Rp. 30.000
- Total Biaya Operasional = Rp. 600.000
- Biaya Non Operasional (Jangka Panjang atau Biaya Tetap):
- Biaya Penyusutan Peralatan & Pelengkapan (Tabungan untuk alat 5% dari Omzet) = Rp. 20.000
- Biaya Sewa (Jika ada) = Rp.100.000
- Biaya Dokumentasi & Administrasi = Rp. Rp.50.000
- Total Biaya Non Operasional = Rp. 170.000
- Total Laba Kotor = Hasil Penjualan – (Total Biaya Operasional + Non Operasional)
-
-
- = Rp. 1.000.000 – Rp.770.000
-
-
- Nilai Laba Bersih = Laba Kotor – Pajak 1% dari Omzet
-
-
- = Rp.230.000 – Rp.10.000 = Rp.220.000
-
-
Nah, seringkali para pelaku usaha skala mikro, yang belum memiliki karyawan tidak menyisihkan upah tenaga untuk dirinya sendiri. Nilai selisih yang didapatnya dari total hasil penjualan dikurangi dengan seluruh biaya (Tanpa upah) dianggapnya adalah keuntungan.
Padahal, keuntungan bisnis adalah selisih dari total hasil penjualan yang dikurangi total biaya. Setelahnya akan dilihat selama bisnis berjalan. Apakah jumlah keuntungan setiap periodenya bisa menutupi nilai modal yang dikeluarkan? dalam hal ini pemodal dan pelaku bisnis pasti mempunyai target waktu bisnis ini berjalan sampai kapan.
Laporan Keuangan Bisnis Jasa
Baik pelaku bisnis di bidang jasa, tentu sangat berbeda dalam membuat laporan keuangan secara sederhana. Artinya skala bisnisnya tetap pada skala UMKM.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pembuatan laporan keuangan paling sederhana bagi pelaku UMKM bisnis jasa adalah sebagai berikut:
- Mengetahui darimana hasil pendapatan jasa utama;
- Memahami segala biaya yang dikeluarkan untuk operasional;
- Memahmi biaya yang dikeluarkan untuk jangka panjang;
- Memahami jumlah modal yang dimiliki dapat berubah seiring bisnis berjalan.
Contoh laporan keuangan paling sederhana yang fokus pada laporan Laba Rugi, dengan menyisipkan hal-hal tersebut.
- Hasil Pendapatan Jasa (Omzet) = Rp. 700.000
- Biaya Operasional, meliputi:
- Pengunaan Alat sekali Pakai = Rp. 50.000
- Upah Tenaga (50% dari Harga Pasaran/Jasa) = Rp. 225.000
- Biaya Dukungan Pelayanan (Listrik, Perangkat, dsb) = Rp. 30.000
- Biaya Aktivitas Pelayanan = Rp. 50.000
- Total Biaya Operasional = Rp. 355.000
- Biaya Non Operasional (Jangka Panjang atau Biaya Tetap):
- Biaya Penyusutan Peralatan & Pelengkapan (Tabungan untuk alat 5% dari Omzet) = Rp. 25.000
- Biaya Sewa (Jika ada) = Rp.100.000
- Biaya Dokumentasi & Administrasi = Rp. Rp.50.000
- Total Biaya Non Operasional = Rp. 175.000
- Total Laba Kotor = Hasil Penjualan – (Total Biaya Operasional + Non Operasional)
-
-
- = Rp. 700.000 – Rp.530.000
-
-
- Nilai Laba Bersih = Laba Kotor – Pajak 1% dari Omzet
-
-
- = Rp.170.000 – Rp.7.000 = Rp.163.000
-
-
Laporan Keuangan Paling Sederhana
Laporan keuangan yang dimodifikasi ini biasanya hanya mengacu pada Laporan Laba Rugi saja, menurut saya laporan laba rugi akan sangat mudah dipahami. Apalagi bagi skala mikro yang masih baru memulai bisnis ataupun sudah berjalan secara bertahap.
Sehingga dalam memahami bagaimana cara membuat laporan keuangan paling sederhana dapat dilakukan dengan mudah.
Yang terpenting adalah, setiap biaya atau aktivitas keungan perlu dicatat dengan baik. Bisa menggunakan buku kas, ataupun software pendukung yang banyak tersedia saat ini.
Laporan keuangan paling sederhana, mengabaikan sementara teknik analisa keuangan secara tertulis. Karena pada prinsipnya para pelaku bisnis akan melihat secara langsung perputaran uang yang ada pada bisnisnya.
Hal-hal lainnya yang termasuk dalam laporan keuangan harus dikembangkan kemudian sesuai kaidah yang berlaku pada bidang keilmuan bisnis maupun keuangan.
Baca juga artikel terkait Bisnis atau tulisan menarik lainnya dari Rais Jaka.
Komentar